Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Shalat Malam
Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny
Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Shalat Malam ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 15 Rabi’ul Akhir 1445 H / 30 Oktober 2023 M.
Kajian Tentang Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Shalat Malam
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan shalat malam dan shalat tarawih. Pada pertemuan yang sebelumnya kita sudah membahas tentang adab-adab shalat malam.
Shalat dalam keadaan genting
Sangat dianjurkannya shalat malam ketika keadaan genting atau sangat membutuhkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika menghadapi masalah-masalah besar, maka sangat dianjurkan untuk menjalankan shalat malam dan berdoa di shalat malam tersebut, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong, memudahkan urusan, dan menyelamatkan kita dari bahaya yang mengancam.
Hal ini juga dilakukan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Diriwayatkan dari sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, Beliau mengatakan:
ما كان فينا فارس يوم بدر غير المقداد، ولقد رأيتنا وما فينا إلا نائم، إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم تحت شجرة يصلي ويبكي حتى أصبح
“Di hari Perang Badar tidak ada dari kami yang membawa kuda kecuali Miqdad, dan aku melihat kami semuanya tidur kecuali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau berada di bawah sebuah pohon untuk shalat dan menangis sampai pagi.” (HR. Ahmad)
Mengapa beliau menangis hingga pagi? Karena beliau tahu kelemahan pasukan beliau, dan itu sangat mengancam keselamatan pasukan dan beliau sendiri. Maka beliau benar-benar bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdoa dengan doa yang sangat kuat agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong, menyelamatkan, dan memenangkan beliau dan pasukannya.
Ada juga hadits lain di Perang Tabuk:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم عام غزوة تبوك قام من الليل يصلي فاجتمع وراءه رجال من أصحابه يحرسونه حتى صلَّى وانصرف إليهم …
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika Perang Tabuk bangun dimalam hari dan shalat, maka di belakang beliau berkumpul banyak sahabat untuk menjaga beliau sampai beliau shalat malam, kemudian beliau menghampiri mereka…”
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di keadaan-keadaan yang sangat genting dan membutuhkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau melakukan shalat malam, karena memang shalat malam malam termasuk di antara waktu yang sangat mustajab untuk berdoa.
Maka ketika menghadapi masalah-masalah besar dalam kehidupan kita, jangan andalkan yang lain, tapi andalkanlah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan banyak mengeluh kepada manusia, jangan banyak mengeluh di media sosial, perbanyaklah mengeluh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yakinlah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan urusan kita. Yakinlah dengan seyakin-yakinnya bahwa sangat mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengubah kehidupan kita.
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ
“Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan sangat yakin dengan ijabahnya Allah Subhanahu wa Ta’ala..” (HR. Tirmidzi)
Ingatlah selalu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
“Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” (QS. Fatir[35]: 17)
Ingatlah selalu dengan firmanNya;
بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Di tanganMu Ya Allah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ’Imran[3]: 26)
Jumlah Rakaat
Di dalam shalat malam dianjurkan untuk tidak menambah jumlah rakaatnya melebihi 13 rakaat. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu memilih itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah menambah jumlah rakaat shalat malamnya melebih 13 rakaat.
Dari Masruq Rahimahullah, beliau pernah bertanya kepada ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘Anha tentang shalat malamnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan:
سَبْعٌ وَتِسْعٌ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سِوَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ
”Shalat malamnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bisa 7, 9, 11 selain dua rakaat fajar.” (HR. Bukhari)
Ini menunjukkan bahwa beliau tidak lebih dari 11 rakaat shalat malamnya.
Ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga pernah ditanya oleh Abu Salamah Ibnu Abdurahman Rahimahullah tentang shalat malamnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan:
ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا غيره على إحدى عشرة ركعة: يصلي أربعًا فلا تسل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي أربعًا فلا تسل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي ثلاثًا
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah menambah shalat malamnya melebihi 11 rakaat, baik di bulan Ramadhan atau di bulan lainnya. Beliau shalat 4 rakaat, jangan tanya mengenai bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan tanya mengenai bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 3 rakaat.” (HR. Bukhari Muslim).
Dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma:
كانت صلاة النبي صلى الله عليه وسلم ثلاث عشرة ركعة يعني بالليل
“Dahulu shalatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah 13 rakaat, yakni shalat malam beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
لأرمقنَّ صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى ركعتين خفيفتين، ثم صلى ركعتين طويلتين طويلتين طويلتين، ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما، ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما، ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما، ثم صلى ركعتين وهما دون اللتين قبلهما، ثم أوتر، فذلك ثلاث عشرة ركعة
“Sungguh aku memperhatikan shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada malam hari, maka beliau shalat dua rakaat ringan. Kemudian beliau shalat dua rakaat yang sangat panjang sekali, kemudian shalat dua rakaat dengan bacaan yang panjangnya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian shalat dua rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian shalat dua rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian shalat dua rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian beliau shalat witir sehingga semua menjadi 13 raka’at.” (HR. Muslim).
Dari hadits ini kita juga mengetahui bahwa tidak ada pertentangan antara hadits 13 rakaat dengan hadits 11 rakaat. Ibunda Aisyah ketika mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menambah shalat malamnya melebihi 11 rakaat, disitu beliau menjelaskan shalat malam yang panjang. Adapun yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Zaid bin Khalid, ini ditambah dengan 2 rakaat ringan yang menjadi pembuka shalat malam beliau.
Ada juga yang mengatakan bahwa 13 rakaat itu ditambah dengan dua rakaat setelah witir yang kadang-kadang dilakukan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan ada juga yang mengatakan bahwa 13 rakaat itu ditambah dengan shalat sunnah dua rakaat fajar.
Namun -wallahu taa’la a’lam- ana melihat pendapat yang pertama dalam mengompromikan dua hadits itu lebih kuat. Dan itulah yang disebutkan di dalam hadisnya Zaid bin Khalid al-Juhani bahwa beliau shalat dua rakaat ringan sebagai pembuka shalat malamnya.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53530-masalah-masalah-yang-berkaitan-dengan-shalat-malam/